JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI) BEKERJASAMA DENGAN SUARA MERDEKA MENGADAKAN SARASEHAN JURNALISTIK RAMADHAN 2017
FOTO BERSAMA : Rektor IAIN Pekalongan, Ade Dedi Rohayana (tengah baju batik berpeci), Asisten III Setda Kota Pekalongan Bambang Nurdiyatman (tengah baju batik berkacamata), Kepala Biro Administrasi, Umum, Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Pekalongan Saifuddin Zuhri, Wakil Rektor I Muhlisin, Wakil Rektor II Zaenal Mustakim dan Tim Suara Merdeka, Rukardi, Agus Fathuddin Yusuf, Saronji, Dwi Ariadi, dan Noviar, dalam acara Santri Menulis di IAIN Pekalongan, Jumat (9/6).
Ilmu Akan Lahir Jika Sudah Ditulis
SEHEBAT apapun ilmunya, jika belum dituangkan dalam sebuah tulisan niscaya akan menjadi sebuah ilmu. Gagasan maupun pemikiran jika sebelum ditulis, tidak bisa disebut sebagai ilmu. Baru bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu, jika sudah dalam bentuk sebuah tulisan. Demikian disampaikan Rektor IAIN Pekalongan Dr H Ade Dedi Rohayana, pada acara "Gerakan Santri Menulis" yang diselenggarakan Suara Merdeka di kampus IAIN Pekalongan di Jalan Kusuma Bangsa No 9 Pekalongan, Jumat (9/6). Kegiatan tersebut dihadiri Wali Kota Pekalongan Achmad Alf Arslan Djunaid yang diwakili Asisten III Setda Kota Pekalongan Bambang Nurdiyatman, pimpinan IAIN Pekalongan, dan dosen Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Sementara, Tim dari Suara Merdeka, Koordinator Gerakan Santri Menulis Agus Fathuddin Yusuf, Redaktur Pelaksana (Redpel) Suara Merdeka Rukardi, Kepala Desk Wacana Saronji, Anggota Desk Suara Pantura Noviar, Kepala Biro Suara Merdeka. Suara Pantura Dwi Ariadi, serta Kuswandi wartawan Suara Merdeka wilayah Pekalongan. Ade Dedi Rohayana menyatakan, tradisi menulis sebetulnya sudah dilakukan para ulama pada zamannya melalui berbagai karya-karyanya, baik dalam bentuk kitab maupun buku. Namun demikian, belakangan aktivitas menulis bagi kalangan santri maupun mahasiswa cenderung menurun. "Ide seperti ini (Gerakan Santri Menulis-red) kok keduluan Suara Merdeka. Sebetulnya terus terang saya malu, karena tradisi menulis merupakan salah satu tanggungjawab perguruan tinggi. Kami mengapresiasi upaya Suara Merdeka dalam menggelorokan tradisi menulis," tegas Ade Dedi Rohayana. Dikatakan, gerakan santri menulis harus selalu dikembangkan. Oleh sebab itu pihaknya berharap upaya yang dilakukan Suara Merdeka dapat terus konsisten, sehingga mampu memberi rangsangan bagi santri maupun mahasiswa dalam menulis. "Alhamdulillah, IAIN Pekalongan diberi kesempatan untuk ditempati Road Show Gerakan Santri Menulis. Kami selaku keluarga besar IAIN Pekalongan, mengapresiasi dan mengucapkan banyak terimakasih," tuturnya. Dalam acara tersebut, disambut antusias yang diikuti kurang lebih 150 peserta. Peserta terdiri dari mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN Pekalongan, perwakilan pondok pesantren, serta pelajar SMA atau MAN se-Kota Pekalongan. Acara yang dimulai pukul 09.00 Wib, dipandu langsung Agus Fathuddin Yusuf, Koordinator Gerakan Santri Menulis yang juga Kepala Des Semarang Metro. Sementara, untuk sesi ke dua, usai Salat Jumat, pemateri diisi Rukardi, Redpel Suara Merdeka. Dalam kesempatan tersebut, Rukardi memberikan tips bagaimana menulis di media massa. Termasuk, bagaimana memikat media massa maupun pembaca melalui tulisan. Menurutnya, sebelum melakukan aktivitas menulis, tentu butuh kesiapan. Salah satunya bagaimana harus banyak membaca referensi, baik koran, buku, artikel, karya ilmiah dan lain sebagainya. "Melalui banyak bacaan, otomatis akan muncul ide atau inspirasi. Itu sebagai bekal untuk menulis," terangnya. Rukardi menyatakan belakangan tantangan tulisan hoax beredar dimana-mana.
Hoax biasanya hanya disajikan sepihak, tanpa adanya klarifikasi maupun konfirmasi dari pihak yang bersangkutan. Hoax sendiri, lanjut dia, sengaja dibuat oleh kelompok tertentu demi meraih kepentingannya semata. Dalam prakteknya, mereka sering melanggar kaidah-kaidah maupun kode etik jurnalistik. Di jurnalistik ada istilah konfirmasi atau bisa dikatakan tabayyun. Itu salah satunya yang membedakan karya jurnalistik dengan berita hoax," tegasnya. Disela-sela penyampaikan materi, Rukardi memberi ruang dialog dengan peserta. Nur Khizanah, salah satu peserta yang juga mahasiswa KPI IAIN Pekalongan bertanya. Dalam menulis terdapat fokus tema, tetapi diakhir tulisan kerap kali keluar dari fokus tema. "Bagaimana itu trik-nya? Termasuk ada istilah 'menggoreng berita', apa yang dimaksud," tanya Nur Khizanah. Rukardi menjawab supaya tidak keluar dari tema, perlu dibuat rancangan atau rambu-rambu panduan sebelum menulis. Dikatakan, soal 'menggoreng berita' yang terpenting bagimana tulisan dimaksud cover both side (imbang-red). Dimana, dalam menulis berita, tetap memperhatikan kaidah-kaidah jurnalistik. Kepala Biro Suara Pantura Dwi Ariadi menambahkan, untuk mengawali dalam menulis bisa dilakukan dengan apa yang ada dipikiran waktu itu. "Anda (peserta-red) tentu semuanya memiliki facebook. Di laman facebook, ada tulisan 'Apa Yang Anda Pikirkan'. Dari situlah, mungkin anda bisa mulai menulis sesuai pikiran masing-masing," ucap Dwi Ariadi. Dikatakan, menulis memang dibutuhkan ketrampilan. Ketrampilan sendiri harus diasah secara terus menerus, tanpa adanya kebiasaan tentu mustahil untuk dapat menulis dengan baik. Sementara, Asisten III Setda Kota Pekalongan, Bambang Nurdiyatman, mewakili Wali Kota Pekalongan Achmad Alf Arslan Djunaid menyatakan, mengapresiasi "Gerakan Santri Menulis" yang digagas Suara Merdeka. Apalagi, kata dia, sudah 23 tahun secara konsisten menyelenggarakan gerakan dimaksud. "Memang menulis itu tidak mudah, harus sering membaca. Untuk menjadi penulis yang baik, tentu harus pula menjadi pembaca yang baik," tegasnya. Bambang berharap, dari jumlah peserta "Gerakan Santri Menulis" bisa melahirkan penuli-penulis hebat. Syukur-syukur bisa menjadi penulis di Suara Merdeka. Diakui, untuk dapat melihat sejarah yang telah lampau, dapat dilihat melalui karya tulis. Sementara, Agus Fathuddin Yusuf menjelaskan, latar belakang adanya "Gerakan Santri Menulis" diantaranya adanya kecenderungan tradisi menulis yang dialami para santri makin menurun. Oleh sebab itu, melalui gerakan tersebut, bagaimana ikut ngajak-ngajak membangkitkan kembali semangat dalam menulis, khususnya di kalangan santri. Dengan adanya kemampuan menulis, maka segala gagasan maupun ide santri dapat diaktualisasikan melalui sebuah tulisan. Materi sendiri berakhir menjelang waktu berbuka puasa tiba. Sebelum berbuka puasa, mereka berdoa bersama buka puasa yang dipimpin Sam'ani Sya'roni, yang juga dosen IAIN Pekalongan. (Kuswandi)