
Solusi Kuliah Lebih Adil, Tapi Masih Banyak Tanya
Bayangkan ini: kamu baru diterima di kampus impian. Harapan tinggi, semangat membara. Tapi lalu datang pengumuman: “Bayar UKT Rp 9 juta per semester.”
Loh, kok mahal banget? Apa sih sebenarnya UKT itu?

Nah, mari kita kulik lebih dalam. Karena bisa jadi, banyak dari kita belum benar-benar paham tentang sistem Uang Kuliah Tunggal ini—padahal, dari sinilah segalanya dimulai.
Apa Itu UKT? Satu Harga, Banyak Cerita
Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah sistem pembayaran kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) yang sudah berlaku sejak 2013. Bedanya dengan sistem lama? Kalau dulu bayar berdasarkan jumlah SKS, biaya praktikum, dan komponen lainnya—sekarang semua digabung jadi satu tarif tetap per semester. Simple? Ya. Tapi juga kompleks.
UKT disusun berdasarkan prinsip: yang mampu bayar lebih, yang kurang mampu dibantu. Jadi sistem ini sebenarnya mirip “subsidi silang.” Mahasiswa yang keluarganya mapan akan membayar lebih, sedangkan yang tidak, mendapat keringanan.
Golongan UKT: Dari Nol Rupiah Hingga Belasan Juta
Kampus biasanya membagi UKT dalam beberapa golongan. Mulai dari golongan 1 (paling rendah), sampai 8 atau bahkan lebih (untuk jalur mandiri). Berikut contoh real-nya:
-
Golongan 1: Bisa Rp 500 ribu – Rp 1 juta
-
Golongan 5 ke atas: Mulai dari Rp 5 juta – Rp 25 juta per semester
-
Khusus jalur mandiri: Terkadang tak pakai sistem golongan, tapi flat rate lebih mahal
Misalnya di UGM, jurusan Kedokteran punya UKT tertinggi mencapai Rp 24,7 juta. Sedangkan di UNJ, mahasiswa jurusan pendidikan bisa saja hanya membayar Rp 500 ribu, jika masuk golongan 1.
Bagaimana UKT Ditentukan? Jawabannya: Data Ekonomi
Kampus menentukan golongan UKT berdasarkan data penghasilan orang tua, jumlah tanggungan keluarga, dan aset. Itulah kenapa kamu akan diminta mengunggah slip gaji, rekening listrik, hingga surat keterangan penghasilan RT/RW saat daftar ulang.
Kata kuncinya? Jujur. Karena kalau manipulasi data, bisa saja malah dimasukkan ke golongan tinggi dan susah minta peninjauan ulang.
Mahasiswa & UKT: Cinta dan Tantangan
Sebagian mahasiswa merasa sistem ini adil. Tapi tak sedikit juga yang mengeluh. Kadang, ada yang secara ekonomi pas-pasan, tapi dinilai mampu hanya karena punya motor atau rumah kontrakan.
Cerita lainnya datang dari anak buruh, yang nekat masuk jurusan teknik di kampus ternama. Saat tahu UKT-nya Rp 9 juta per semester, dia hampir mundur. Tapi berkat penurunan UKT yang ia ajukan ke pihak kampus, akhirnya bisa tetap lanjut kuliah.
Di sinilah letak dinamika beban mahasiswa kuliah: antara impian dan realita, antara semangat dan administrasi.
Tips Kuliah Cerdas di Era UKT
Agar tidak terjebak beban finansial yang berlebihan, berikut tips cerdas menghadapinya:
-
Isi data ekonomi sebenar-benarnya
-
Cari beasiswa berbasis UKT – Banyak kampus menawarkan pembebasan UKT untuk mahasiswa berprestasi
-
Pantau SK Rektor atau Peraturan Kemendikbud tentang besaran UKT setiap tahun
-
Ajukan peninjauan UKT jika merasa tidak adil – banyak kampus membuka layanan ini, bahkan sampai semester 3
-
Buat simulasi keuangan sebelum daftar jurusan – karena setiap prodi punya UKT berbeda
Apa UKT Bisa Gratis?
Jawabannya: bisa banget. Melalui program KIP Kuliah, banyak mahasiswa bisa kuliah tanpa membayar UKT sepeser pun. Bahkan, dapat uang saku bulanan.
Ini adalah bentuk nyata dukungan negara bagi mahasiswa yang gigih tapi punya keterbatasan ekonomi. Kamu cukup lulus seleksi akademik dan lolos verifikasi KIP Kuliah.
Penutup: UKT Bukan Sekadar Biaya, Tapi Cerminan Akses Pendidikan
Pada akhirnya, UKT bukan sekadar angka. Di balik setiap tagihan per semester, ada kisah perjuangan anak-anak muda dari berbagai penjuru negeri. Ada yang harus jual kambing, ada yang les privat semalaman, semua demi satu tujuan: mengejar ilmu.
Jadi, apakah UKT sempurna? Belum tentu. Tapi ia hadir sebagai jembatan agar pendidikan tinggi lebih merata, lebih adil, dan lebih mudah dijangkau.