
Mahasiswa UGM Meninggal
Duka Mendalam untuk Dunia Pendidikan
Dunia pendidikan Indonesia kembali berduka. Dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meninggal dunia saat mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Maluku Tenggara. Tragedi ini terjadi saat keduanya berada di atas kapal yang terbalik akibat terjangan ombak tinggi, pada Selasa (2/7/2025).
Kronologi Kejadian: Kapal Terhempas Ombak di Laut Maluku
Insiden memilukan ini terjadi ketika rombongan mahasiswa UGM tengah menyeberang menggunakan kapal dari Pulau Kur ke Desa Finua. Perjalanan laut tersebut merupakan bagian dari aktivitas pengabdian masyarakat dalam program KKN UGM. Namun nahas, kapal yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan karena diterjang ombak besar.
Akibat dari kejadian tersebut, dua mahasiswa UGM—masing-masing berinisial MFH dan IAP—dilaporkan meninggal dunia. Tim SAR gabungan langsung melakukan pencarian dan berhasil menemukan jenazah korban setelah beberapa jam pencarian. Keduanya kemudian dievakuasi ke daratan dan dipastikan meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan.
UGM dan Keluarga Besar Berduka
Pihak Universitas Gadjah Mada melalui pernyataan resmi menyampaikan rasa duka mendalam atas kehilangan dua mahasiswa terbaiknya. Rektor UGM, dalam konferensi pers, menyatakan bahwa kedua mahasiswa tersebut adalah pribadi yang luar biasa, penuh semangat, dan berdedikasi tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat.
Pihak kampus juga telah menghubungi keluarga korban dan berkomitmen memberikan bantuan serta pendampingan penuh selama proses pemulangan jenazah hingga pemakaman. UGM juga menegaskan bahwa kejadian ini akan menjadi evaluasi serius agar pelaksanaan KKN ke depan bisa lebih aman.
Misi Mulia yang Berujung Duka
KKN merupakan bagian integral dari tridarma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Setiap tahunnya, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia diberangkatkan ke berbagai daerah, termasuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), untuk memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat.
Namun, tragedi ini menunjukkan bahwa pengabdian di lapangan tidak selalu mudah dan penuh tantangan. Dibutuhkan kesiapan fisik, mental, dan tentu saja sistem keamanan yang matang dari berbagai pihak.
Harapan dan Evaluasi ke Depan
Tragedi ini membuka mata semua pihak, terutama instansi pendidikan tinggi, untuk lebih memperhatikan aspek keselamatan dalam program-program pengabdian masyarakat. Evaluasi menyeluruh perlu dilakukan—mulai dari persiapan logistik, pelatihan keselamatan, hingga pemetaan risiko di wilayah-wilayah terpencil.
Pemerintah daerah, TNI AL, serta masyarakat setempat juga diharapkan meningkatkan kerja sama demi mendukung keamanan para mahasiswa yang sedang bertugas.
Kesimpulan
Duka mendalam menyelimuti UGM dan dunia pendidikan Indonesia. Dua mahasiswa yang gugur dalam pengabdian masyarakat ini menjadi simbol dedikasi tanpa batas dari generasi muda untuk negeri. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga, sekaligus pelecut semangat agar semangat pengabdian mereka tak pernah padam.